Menjaga kecantikan baik dari dalam maupun luar merupakan hal yang banyak dilakukan oleh sebagian besar wanita. Salah memilih produk kecantikan dapat membuat wajah yang mulanya baik-baik saja jadi terancam. Yang pasti, produk perawatan wajah yang aman adalah produk yang sudah memiliki izin dari BPOM. Oleh karena itu, para wanita tak segan untuk merogoh kocek yang cukup dalam demi mendapatkan produk skincare yang terbaik.
Kini ada sedikit angin segar karena telah banyak beredar skincare lokal dengan kualitas yang nggak kalah dengan merek internasional, tentu saja dengan harga yang relatif lebih ramah di kantong. Menjamurnya berbagai merek lokal skincare membuat para wanita tak boleh lengah dan tetap harus waspada.
Sebab, belum tentu semuanya aman untuk digunakan. Bahkan label BPOM juga bukan jaminan 100% skincare tersebut aman untuk kulit kita, lho. Seperti yang baru-baru ini santer terdengar di jagad media sosial. Hal ini ramai diperbincangkan publik, tak terkecuali para dokter spesialis kulit dan kecantikan.
Salah satu akun di Twitter @tubirfess membagikan tangkapan layar yang mulanya dicuitkan oleh akun @txtdaricewe atas pernyataan para dokter yang pasiennya merupakan pengguna produk kecantikan tersebut.
"2beer! Tea time.. Kira-kira merk skincare lokal yg mana ya, kalo banyak yg make kemungkinan yg lagi happening bgt," tulis akun tersebut dikutip dari Twitter, Minggu (19/12/2021).
Awalnya, keluhan ini disampaikan oleh salah satu dokter yang menerima laporan dari pasiennya yang mengalami kerusakan kulit wajah setelah menggunakan produk krim tersebut. Mengalami nasib yang sama, unggahan dokter ini diuanggah kembali oleh dua orang dokter spesialis kulit dan kecantikan yang
"Bingung sama skin care brand X, setiap kali dapat pasien post pakai krim itu, konsul karena mukanya ancur (begitu pasien menyebut mukanya) padahal pas awal dipakai mah katanya mukanya bersih banget bagus. Efek samping khas penggunaan dan penyalahgunaan steroid. Padahal kalau ditanya, yang dipakai skincare OTCnya yang sudah ber BPOM," terang dokter kulit tersebut.
Tiga dokter yang berbeda, memiliki pasien berbeda, namun dengan permasalahan serupa.